JEJAK TOKOH

Menurut rencana, jenazah akan disemayamkan di gedung rektorat Universitas Trisakti hari
Rabu pukul 08.00 WIB ini, sementara tempat dan waktu pemakaman belum ditentukan.
Jumpa pers oleh Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin yang sedianya akan
dilangsungkan pukul 23.00 WIB di Markas Polda Metro Jaya, baru dimulai Rabu dinihari pukul
01.30 WIB, dan hadir pula Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami Nata, Kasdam Jaya Brigjen
TNI Sudi Silalahi, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Letkol (Inf) DJ Nachrowi, dan
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Polda Metro Jaya Letkol (Pol) Edward Aritonang. Hingga
berita ini diturunkan pukul 02.30, jumpa pers masih berlangsung.
Dalam jumpa pers itu hadir Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo yang
menegaskan, enam mahasiswa tewas dalam insiden di Universitas Trisakti.
Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami Nata menyatakan kepada wartawan, kematian enam
mahasiswa itu masih diteliti, sambil menunggu hasil visum et repertum. "Karena
polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air
mata."
Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti, Adi Andojo Soetjipto SH dalam jumpa
pers, Selasa malam, mengemukakan, Universitas Trisakti akan mengajukan protes keras kepada
pihak berwajib khususnya Kepala Kepolisian RI (Kapolri) dan Menhankam/Pangab atas kejadian
itu, dan akan melakukan konsultasi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini. Mahasiswa
saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di dalam kampus. Padahal
seharusnya ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai peluru tajam, dan mereka
(mahasiswa) sudah berada di dalam kampus. Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar
batu, dan tidak melakukan kekerasan. Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke
kampus," kata Adi.
Menurut Adi Andojo, ia ikut mengawasi sewaktu mahasiswa melakukan unjuk rasa sampai di
luar kampus. "Waktu itu mahasiswa hendak menuju ke DPR, tapi kemudian
dihalang-halangi pasukan keamanan yang awalnya selapis, kemudian datang berlapis-lapis.
Tetapi saya berhasil menahan mereka untuk berhenti di depan bekas kantor Wali Kota. Bahkan
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Barat, Letkol (Pol) Timur Pradopo, mengakui dan
mengucapkan terima kasih atas ketertiban yang ditunjukkan mahasiswa. Jadi ini diakui
sendiri oleh Kapolres," katanya.
Selanjutnya, menurut Adi, pihak mahasiswa bersedia mundur bila pihak keamanan juga
mundur. "Akhirnya mahasiswa saya bubar dengan tertib dan mereka semua kembali ke
kampus. Bahkan saya merasa itu sudah selesai, sehingga saya pulang ke rumah,"
ujarnya.
Ternyata Adi kemudian mendapat laporan bahwa ada seorang mahasiswa yang tertembak
kepalanya. Tak lama kemudian ia memperoleh kabar bahwa empat mahasiswa Trisakti meninggal
dunia. "Saya telah melihat jenazah mereka dengan mata kepala saya sendiri,"
katanya.
Menurut Adi, bekas darah yang tercecer di dalam kampus menunjukkan bahwa para mahasiswa
itu jelas-jelas ditembak di dalam kampus. Di lokasi itu juga kaca-kaca pecah karena
tembakan. Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman, yang hadir di Kampus Universitas
Trisakti, Grogol, sekitar pukul 22.00 WIB, mengatakan, adanya mahasiswa yang tewas
merupakan bukti telah terjadinya serangan terhadap kemanusiaan. Keterangan yang sama juga
disampaikan Albert Hasibuan, anggota Komnas HAM.
Langkah pertama yang perlu dilakukan, kata Marzuki, adalah menenangkan situasi dan
mencari penjelasan selengkapnya mengenai duduk perkara yang sebenar-benarnya, yang
langkah-langkahnya akan didiskusikan dengan para pejabat universitas.
Sampai berita ini diturunkan, sekitar 200 mahasiswa masih menunggu di sepanjang koridor
RS Sumber Waras, menjaga rekan-rekan mereka yang masih dirawat di Unit Gawat Darurat,
maupun menjaga jenazah rekan mereka yang disemayamkan. Suasana memilukan terlihat di
sekitar kamar jenazah yang dipenuhi jerit dan isak tangis keluarga korban.

Hampir terjadi insiden di kamar jenazah, ketika Komandan Polisi Militer Kodam Jaya
(Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Hendardji pukul 21.45 WIB datang ke kamar jenazah untuk
mencek mahasiswa yang tewas. Semula mahasiswa tidak memberikan izin, tetapi setelah
dibujuk dosen akhirnya mereka mengizinkan. Namun pencekan itu dilakukan secara tertutup.
Aksi damai

Aksi yang sedianya akan
mendengar orasi dari Jenderal Besar AH Nasution (yang tidak jadi datang) ini kemudian
diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa dalam berbagai
bentuk.
Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta aksi keluar dari kampus menuju ke Jalan S Parman,
Grogol (yang persis berada di depan kampus) dan hendak menuju gedung MPR/DPR Senayan. Di
barisan paling depan terdiri dari para mahasiswi yang membawa mawar dan membagi-bagikan
mawar tersebut kepada aparat kepolisian. Beberapa di antaranya nampak mencium para petugas
yang menerima mawar tersebut.
Puluhan petugas yang sejak pagi telah berjaga-jaga di depan kampus nampaknya tidak bisa
membendung mahasiswa. Para petugas kemudian mundur perlahan-lahan. Pukul 13.00 WIB antara
pimpinan mahasiswa, para alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo SH dan petugas
keamanan yang diwakili oleh Komandan Kodim (Dandim) Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril,
sepakat bahwa aksi damai ini hanya bisa bergerak sampai di depan Kantor Wali Kota Jakarta
Barat yang berada sekitar 300 meter dari pintu utama kampus Trisakti.
Atas kesepakatan yang dicapai dengan aparat keamanan tersebut, melalui sebuah pengeras
suara Adi Andojo segera mengumumkan kepada mahasiswa bahwa mahasiswa tidak boleh
melanjutkan perjalanannya. "Saya minta kalian berjanji bahwa di tempat ini tidak ada
aksi kekerasan, tidak ada tindakan perusakan atau membuat keributan," kata Adi Andojo
yang disambut tepuk tangan para mahasiswa yang juga kemudian berjanji tidak akan melakukan
hal itu. Hal yang sama juga dilakukan Pembantu Rektor III Trisakti I Komang Suka Arsana
yang disambut baik oleh para mahasiswa.
Atas kesepakatan tersebut, mahasiswa kemudian menggelar mimbar bebas yang pada intinya
menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum,
serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR. Para petugas keamanan gabungan
(sekitar 500 orang) dari berbagai kesatuan yang bersenjata lengkap nampak hanya
berjaga-jaga di bagian depan (di depan Kantor Kejaksaan samping kantor Wali Kota), di
bagian samping (pagar pembatas Jl S Parman dan jalan tol) dan pada bagian belakang (di
bawah Grogol Fly Over).
Hingga sekitar pukul 17.00 WIB aksi damai universitas ini berjalan tenang tanpa
ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Sesekali nampak para mahasiswa bercanda
dengan aparat keamanan, bahkan di antara para mahasiswa nampak membagi-bagikan botol-botol
minuman kemasan, permen dan bunga mawar kepada petugas. Situasi nampak santai tanpa ada
ketegangan. Puluhan mahasiswa nampak berpotret dengan petugas keamanan yang membentuk
barikade.
Pada jam yang sama juga antara pimpinan mahasiswa dan petugas keamanan yang diwakili
Dandim Jakarta Barat dan Kapolres Jakarta Barat disepakati untuk menyudahi aksi ini dan
aparat meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus. Atas kesepakatan yang dicapai ini
pimpinan mahasiswa segera mengumumkan kepada mahasiswa yang kemudian secara perlahan
hendak masuk ke dalam kampus.
Namun karena jumlah mahasiswa yang begitu banyak, sementara pintu masuk yang tersedia
sangat kecil, rombongan mahasiswa kelihatan berjalan begitu lambat. Sekitar 70 persen dari
peserta aksi ini sudah berhasil masuk ke dalam kampus. Proses masuk kampus ini juga
nampaknya berjalan damai tanpa ada kekerasan.
Tiba-tiba dari arah belakang mahasiswa (yang masih berada di depan kantor Wali Kota)
terdengar letusan senjata para petugas. Mahasiswa yang bingung atas keadaan tersebut lari
tunggang langgang ke dalam kampus. Puluhan lainnya yang karena kaget atas letusan tembakan
tersebut nampak berupaya menyelamatkan diri dengan melompat pagar jalan tol.
Beberapa mahasiswa yang tidak sempat lari dipukuli petugas. Bahkan salah seorang
kameraman TV Yasushi Takahashi mengalami luka memar terkena pukulan petugas.
Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, dari dalam kampus kemudian melempari para
petugas. Pelemparan ini kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air
mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Di dalam kampus sendiri suasana menjadi mencekam karena terjadi keributan mahasiswa
yang berupaya lari menyelamatkan diri di dalam gedung-gedung yang ada. Sebagian lain
berupaya menolong teman-temannya yang mengalami luka-luka terkena tembakan dan lemparan
batu dari petugas. Tangis pilu dan teriakan kemarahan mahasiswa terdengar di mana-mana.
Mahasiswa yang mengalami luka-luka terkena tembakan di antaranya Ketua Senat Mahasiswa
Universitas Trisakti (SMUT) Hendra, Rico (Fak. Ekonomi-FE), Agus Rerwanti (Tek. Sipil),
Ari Pramono (Sipil), Ason (Fakultas Teknik Industri-FTI), Yonatan Hendrik (Teknik
Lingkungan), Ufur (Fak Ekonomi Akuntan), Hendrawan (FE), Ade Rizka Lubis (FE), Eko, Otty
(Fak Teknik Lingkungan), Poltak Silalahi (Fakultas Hukum), Yose Noviardi (FE), Alfan (FE),
Riga (Ketua Himpunan Mahasiswa), Boy Harry Budiman, Disyon (FTI), Boy (Fakultas Seni Rupa
dan Desain), Alfis (FE), Mico (Fakultas Hukum), dan Kardianti (FE).
Seruan nasional
Segera setelah insiden berdarah itu, keluarga besar Universitas Indonesia dalam
pernyataannya Selasa malam menyatakan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas korban yang
gugur tersebut. "(Kami) mengutuk sekeras-kerasnya tindakan yang telah dilakukan
terhadap para korban dan menuntut pertanggungjawaban yang jelas dan tuntas," tekan
pernyataan itu.
"Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, mulai hari ini (Rabu) menggunakan
pita hitam di lengan kiri sebagai tanda berkabung nasional dan sebagai lambang dari
perjuangan reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional, sampai perjuangan ini tuntas
mencapai hasilnya," tutur mereka. Mereka juga menuntut segera dilaksanakannya sidang
istimewa MPR sebagai wujud nyata upaya merealisasikan reformasi dan suksesi kepemimpinan
nasional.
Sementara itu keluarga korban Hafidi Alifidin di Jl Sirna Galih No 5, Padasuka,
Cicadas, Bandung, dikabarkan telah melakukan berbagai persiapan untuk menunggu kedatangan
jenazah. Menurut pihak keluarga, Hafidi akan dimakamkan di Bandung. (sumber : http://www.seasite.niu.edu )
Powered by: Lembata Cyber Intelligence