Saya berbaur dengan penumpang di dalam Ferry Jurusan Kupang – Lewoleba. Di sini saya menyewa matras untuk tidur. Posisi untuk beristirahat yang dipilih juga tidak terlalu jauh dari letak televisi. 12 jam berada di laut lepas tentu saja hiburan saya hanya televisi dan lagu-lagu Mp3 dari telfon genggam saya.
Pukul 5 pagi. Hanya rokok dan kopi susu hangat yang menemani setelah baterai dari telfon genggam saya benar-benar “tewas”. Matahari belum menunjukkan wujud. Tapi sinarnya sedikit demi sedikit menyapu lautan.Saya harus berdesak-desakan dengan penumpang lain untuk menyaksikan aksi ikan lumba-lumba yang berenang dan melompat di sisi kiri ferry. Saya tidak yakin dengan jumlah mereka. Cepat dan sulit ditebak kapan mereka melompat ke atas permukaan air, membuat saya kesulitan mengabadikan salah satu jenis ikan penghuni Laut Sawu tersebut.

Lembata
adalah sebuah kabupaten di Flores Timur. Pada zaman pemerintahan
Belanda, Pulau ini dulu dikenal dengan nama Pulau Lomblen. Kabupaten
Lembata berdiri sejak tahun 1999 dan ibu kotanya Lewoleba. (Foto : Mumu)

Panen
rumput laut di Kecamatan Wangatoa. Panen seperti ini dilakukan sebulan
sekali. Setelah dikeringkan, rumput laut lalu disetor ke penampung.
(Foto : Mumu)
Tiba di pelabuhan Ferry Waijarang, di Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, pejalanan saya teruskan ke pelabuhan kapal motor Lewoleba di Kota Lewoleba. Kali ini tujuan saya adalah Kecamatan Waiwerang yang terletak di Pulau Adonara bagian timur. Jarak yang ditempuh hanya menghabiskan waktu lebih kurang 1 hingga 1,5 jam.