
LEWOLEBA, FBC- Masjid Lebala dibangun tahun 1936 dimasa pemerintahan raja Ibrahim Baha Mayeli (1926-1947), mulai dipikirkan untuk membangun sebuah masjid. Kepala desa Leworaja Abdulrahman Hasan Mayeli, kepada Floresbangkit.com, Jumat (12/7) menuturkan, Masjid dibangun pada masa itu dalam kondisi serba kekurangan. Raja Baha memerintahkan seluruh masyarakat kampung Lebala, bahu membahu mencari bahan baku berupa kayu “Gerung” (jenis lain dari pohon kayu putih).
Bahan baku kayu ini diambil dari wilayah Bobu (sebuah daerah di pantai timur, sekarang masuk wilayah kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata), bahan-bahan ini diangkut ke Lebala menggunakan sampan, milik masyarakat Lebala. “ “Pertama kali didirikan Tahun 1936, Masjid yang diarsiteki oleh Olong Koli dari kampung Gorang Lamahala (pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur), ujar Kades Leworaja.
Awalnya Masjid tertua di NTT ini, bernama masjid Lebala, dan kemudian berganti nama menjadi Masjid Al-Muqqarabin ditahun 1972, tatkala pertama masjid di renovasi. Masjid Lebala pertama kali dibangun dengan ukuran 10 x 10 meter, dengan teras depan sepanjang 2 meter.
Kades yang juga keluarga kerajaan keturunan Mayeli ini menuturkan, Masjid tertua di NTT ini dibangun dengan cara swadaya. Setiap kepala keluarga disepakati menyumbang (wakaf) hasil panen berupa kacang tanah sebanyak 1 blik biskuit khonggoan, dan minyak kelapa 1 botol, sumbangan itu lalu di kumpulkan oleh pengurus masjid dan dibawah jual ke Kupang.
Uang dari hasil menjual sumbangan warga itu kemudian dikumpulkan untuk membeli bahan baku non lokal seperti semen, seng dan besi yang akan di gunakan untuk meronowasi masjid.
“Masjid Lebala, dipugar Pertama kali hanya mengganti atap alang-alang menjadi atap seng pada tahun 1972 dengan swadaya murni dengan badan masjid 10x10m dan teras depan belakang, 2 meter. Pada 1992 dipugar lagi dengan modelnya seperti terlihat sekarang, dengan dana swadaya umat, ada donator bantu. Setelah dipugar tahun 1992, Masjid Lebala Diperlebar dengan ukuran 17x 17 m,” ujar Kades.
Abd. Rahman Hasan Mayeli, menjelaskan, saat ini umat Muslim di kampung Lewo Raja 245 orang, namun sejak akhir 2008 banyak penduduk merantau, sehingga sisa 215.
Masjid Tertua Di NTT
Masjid Tertua Di NTT
Pemerintah Provinsi NTT sendiri mengakui Masjid Almukkarabin di Desa Lewo Raja, dibangun pada masa pemerintahan Raja Ibrahim Baha Mayeli tahun 1936, sebagai masjid tertua di NTT. Dalam SK Nomor 31/Kep/HK/2013, tentang pengangkatan juru pelihara Rumah Adat Suku Mayeli dan Kuburan Tua Raja Mayeli, Kepala Togkat Ratu Wilhelmina II dari Kerajaan Belanda yang diberikan kepada raja Ibrahim Baha Mayeli,Masjid Almukkarabin diakui sebagai masjid tertua di NTT. SK tersebut ditandatangani Sekda provinsi NTT, Fransiskus Salem.
Peninggalan-peninggalan Masjid tertua ini berupa empat tiang ka’bah masih terpasang di dalam masjid kendati sudah dipugar. Empat tiang Ka’bah inipun memiliki sejarah filosofis mewakili kepala Agama suku Lemarongan, Kepala agama suku Lebala, Kepala agama Suku Lewolereng, Kepala agama Suku Lamarehing, masih berdiri kokoh sejak dibangun tahun 1936.

Sujudin Mayeli (Baju Batik) dan Rahman Hasan Mayeli di samping bedug tua. (Foto: FBC/Yogi Making- Gambar diambil Jumat, 12/7/2013)
Tidak hanya itu, masjid tertua di NTT ini juga memiliki peninggalan berupa bedug tua, prasasti dengan ukiran huruf Arab Melayu, menggambarkan model masjid saat dibangun pertama kali dan arsitek yang membangun masjid, serta sebuah prasasti yang menjadi pedoman bagi pemuka Agama dalam menjalankan tugas keagamaan.
Saat meninggalkan bekas Kerajaan ini, kami terus dibayangi masa kejayaan Kerajaan Lebala kala itu, saat penduduk setempat belum memeluk agama, saat Raja Mayeli I memerintah Kerajaan ini,saat Isolasi dengan wilayah lain di pulau Lembata belum diretas. Meski perkembangan agama jauh melampaui pulau Lembata, namun soal Infrastruktur masih tetap jadi masalah di Lembata.
Terbayang perjalanan pulang ke Kota Lewoleba yang harus melintasi sungai dan jalan terjal berbatu, sesekali harus terpeleset dan terjatuh di dalam kubangan berlumpur, memastikan Umat Muslim di bekas Kerajaan Lebalapun masih “menikmati” infrastruktur yang nyaris serupa saat raja Pertama mereka memulai pemerintahan kerajaan, bahkan menyulitkan mereka menyebarkan Agama ke wilayah kekuasaan mereka. Dan hingga saat Lebaran tiba mereka masih belum menikmati infrastruktur bagus.Habis (Yogi Making).
- See more at: http://www.floresbangkit.com/2013/07/masjid-tua-dibangun-dengan-swadaya/#sthash.InYeNJlW.dpuf